Minggu, 14 Maret 2010

KHUTBAH JUMAT BOHONG

Khutbah Jum'at : Jangan Berbohong

Islam menyuruh kita berbuat baik dan melarang perbuatan munkar. Termasuk dari perbuatan munkar dan mulai dilakukan kembali oleh kaum muslimin adalah dusta atau bohong. Dusta adalah (mangatakan) menunjukan sesuatu yang berbeda dengan yang sesunguhnya. Dusta ini bisa dilakukan dengan lesan, perbuatan, maupun keyakinan.

Berbohong dengan lesan adalah sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang berbunyi: "Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta." (An-Nahl: 105).

Berbohong dengan perbuatan adalah seperti firman Allah 'Azza wa Jalla: "Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis." (Yusuf: 16). Saudara-saudara Yusuf menampakkan rasa tangisnya untuk memberitahukan suatu perkara yang seakan-akan telah terjadi, tetapi pada kenyataannya tidak ada.

Berbohong dalam keyakinan adalah seperti firman Allah Azza wa Jalla: "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: 'Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar rasul Allah.' Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." (Al-Munafiqun: 1). Artinya, mereka berdusta dalam keyakinannya. Secara lesan, mereka membenarkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah saw, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berbohong karena ucapannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hati mereka.

Mereka semua, baik yang berbohong dengan ucapan, amal, dan keyakinannnya adalah para pembohong yang tercela. Mereka adalah orang-orang yang dibenci oleh Allah Azza wa Jalla dan dilaknat, baik di langit maupun di bumi. "...laknat Allah itu ditimpakan atas orang-orang yang dusta." (Ali-Imran: 61).

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Allah Azza wa Jalla telah mengingatkan kepada kita agar jangan berbuat dusta, dan memberitahukan kepada kita bahwa dusta itu termasuk dari kebiasaan orang-orang munafik, orang kafir, dan orang Yahudi yang dibenci dan dilaknat oleh Allah Azza wa Jalla. Allah SWT berfirman berkaitan dengan orang-orang kafir tersebut: "Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah, dan haam. Akan tetapi, orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti." (Al-maidah: 105).

Mereka adalah orang-orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah. Allah menyifati mereka dengan pendusta yang sering mengada-adakan sesuatu. Mereka mengatakan atas dasar Allah apa yang mereka tidak ketahui. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi yang mudah-mudahan dilaknat oleh Allah Azza wa Jalla, mereka memohon (kepada Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir, mereka memberi tahu bahwa seorang nabi akan datang kepada mereka dan mereka berharap agar nabi itu berasal dari kalangan Bani Israel. Namun, tatkala Allah SWT mengutus Nabi Muhammad saw yang bukan keturunan dari Bani Israel, mereka mengingkarinya. Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan al-kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada 'Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka berapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberpa orang (yang lain) kamu bunuh?"(Al-Baqarah: 87).

Demikianlah kondisi orang-orang yang yang kafir. "Sungguh telah merugi orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: 'Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!' sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu." (Al-An'am: 31). Mereka itu adalah orang-orang yang menjadikan dusta dan pendustaan sebagai din dan tempat kembali mereka adalah neraka jahanam.

"Sesungguhnya neraka jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal, sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya." (An-naba: 21 -- 28). Balasan kedustaan mereka adalah kekal di neraka dan adzab yang abadi.

Dan seseorang itu masih berdusta dan memilih kedustaan sehingga Allah menulis di sisi-Nya sebagai orang yang dusta. Dusta itu akan mengarah ke mana? mengarah kepada perbuatan kemaksiatan. Lalu kemaksiatan ini akan mengarah ke mana? mengarah ke neraka. Maka, amat buruklah tempat kembali pendusta, amat buruklah tempat kembali orang-orang kafir. Amat buruklah tempat kembali orang-orang yang sombong. Neraka jahanam dipersiapkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi mereka yang menjadikan dusta sebagai syariat dan agama.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk bersikap benar dan jujur. Allah SWT telah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah: 119).

Allah SWT memuji orang-orang muhajirin--semoga Allah meridhai mereka--dan menyifatinya dengan jujur (benar). "Bagi orang-orang fakir yang berhijrah yang mereka dikeluarkan dari rumah-rumah mereka dan harta mereka, mereka mengharapkan fadhilah dari Allah dan keridhaaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya mereka adalah orang-orang yang benar." Mereka membenarkan apa yang datang dari Rasulullah saw. Mereka memenuhi janji yang telah mereka berikan kepada Allah. Mereka juga berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sesunguhnya. Mereka pun sabar di semua tempat. Maka, Allah memjuji mereka di dalam Alquran.

Rasulullah saw memberi kabar gembira kepada orang-orang yang benar (jujur) dengan jannah (surga). Rasulullah saw bersabda, dari Abi Umamah dan diriwayatkan oleh Abi Daud, "Saya adalah penjamin rumah di rabdhil jannah--apa yang ada disekitar jannah--bagi siapa yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Aku adalah penjamin di tengah surga bagi siapa yang menginggalkan dusta meskipun itu bercanda dan aku adalah penjamin di atas surga bagi siapa yang berakhlak baik."

Bohong adalah buruk dan jelek. Rasulullah saw bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: bila berkata dusta; bila berjanji mengingkari; dan bila diberi amanat berkhianat."

"Ada empat hal yang barangsiapa berada di dalamnya, maka ia orang munafik murni. Dan, barangsiapa yang di dalamnya ada salah satu perangai dari keempat hal tersebut, maka ia memiliki perangai dari kemunafikan sehingga ia meninggalkannya: apabila berbicara dusta; apabila diberi amanat berkhianat; apabila berjanji mengingkari; dan bila berbantahan durhaka (bohong)."

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Apa pun penyebabnya, dusta harus kita jauhi. Karena itu, mari kita jaga lesan, perbuatan, dan keyakinan dari hal-hal yang menjurus kepada perbuatan dusta.

NB: Jika sobat suka artikel ini, silakan share ke sobat lain di FACEBOOK..Cukup dengan mengklik link ini.Terima Kasih

KHUTBAH JUMAT ILMU

Khutbah Jum'at : Mempelajari Ilmu yang fardhu adalah Fardhu A'in
Kaum muslimin rahimakumullah!
Di antara ilmu pengetahuan ada yang hukum mempelajarinya fardhu ain, sunnah, mubah, dan dilarang atau dicela. Sedangkan ilmu yang hukum mempelajarinya fardhu ada yang hukumnya fardhu ain dan ada pula yang fardhu kifayah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan perawi lainnya, Nabi saw bersabda yang artinya, "Menuntut ilmu hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim."
Maksud dari kata "muslim" dalam hadis itu adalah seorang manusia yang beragama Islam, laki-laki ataupun wanita. Para ulama pun bermufakat bahwa hadis masyur ini mencakup setiap muslim dan muslimah walaupun tidak terdapat kata "muslimah" dalam riwayat hadis tersebut.
Para pensyarah hadis berselisih pendapat dalam memberikan batasan "ilmu" yang wajib untuk dipelajari. Sementara, ulama-ulama ilmu kalam (yaitu mereka yang berspesialisasi dalam ilmu kalam dan akidah) berkata, "Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu akidah. Yaitu, ilmu yang dengannya dapat diketahui tauhid Allah Ta'ala, iman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan semua perkara ini merupakan fondasi agama Islam."
Seorang ahli fikih berkata, "Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu fikih. Yaitu, ilmu yang dengannya dapat diketahui halal-haram, dan kesahihan ibadah, serta kebenaran suatu muamalah sesuai dengan manhaj syariat."
Seorang ahli tafsir berkata, "Ilmu yang wajib dipelajari itu adalah tafsir kitabullah, yang merupakan fondasi agama dan referensi umat."
Seorang ahli ilmu hadis akan berkata, "Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu hadis. Karena, hadis merupakan penjelasan bagi Alquran dan juga potret dari sirah Rasulullah saw, sabda-sabda, tingkah laku, dan keputusan-keputusan beliau."
Seorang ahli ushul fikih berkata, "Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu ushul fikih. Yaitu, ilmu yang dengannya dapat diketahui cara pengambilan argumentasi (dalil) hukum dalam perkara yang terdapoat nash agamanya, dan cara istimbath hukum dalam perkara yang tidak memiliki nash agama."
Saudara kaum muslimin yang berbahagia!
Tentu pendapat-pendapat tersebut di atas membingungkan dan sulit untuk diterima, karena masing-masing spesialis yang ahli dalam bidangnya meyakinkan bahwa ilmunyalah yang wajib dipelajari oleh setiap muslim sebagai fadu ain. Jika pendapat mereka semua kita telan mentah-mentah maka besar kemugkinan bahwa hal itu justru terjadi pencamuradukan antara ilmu yang hukumnya fardhu ain dan fardhu kifayah (di dalam mempelajarinya).
Kaum muslimin rahimakumullah!
Ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu ushul fikih, ilmu bahasa Arab, dan ilmu kedokteran merupakan ilmu yang harus dipelajari oleh umat Islam secara umum, bukan atas individu secara khusus. Karena, sebenarnya tanpa disangsikan lagi bahwa hukum mempelajari ilmu-ilmu itu adalah fardhu kifayah. Fardhu kifayah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam secara global. Maka, harus ada di antara umat Islam yang mengisi kekosongan ini, dan mencukupi kebutuhan dalam hal ini. Kalau tidak ada, umat Islam secara keseluruhan akan berdosa.
Mempelajari Pokok-Pokok Tauhid dan Akidah
Seorang muslim diwajibkan mempelajari ilmu agama yang dapat mengenalkan dirinya kepada Rabb-nya hingga mencapai batas keyakinan. Dengan ilmu agama itu, ia dapat mengenal Nabi Muhammad saw dan dapat meyakini kebenaran kenabian dan kesahihan risalah Muhammad saw. Juga dapat meyakini bahwa Alquran diturunkan kepada Muhammad saw dari Allah Ta'ala melalui dalil-dalil kemukjizatan Alquran yang teramat banyak. Selain itu dengan ilmu tersebut, seorang muslim dapat mengetahui akidah-akidah yang fundamental dalam Islam, seperti perkara-perkara ilahiyyah, nubuwwah, dan ghaibiyyah yang berkaitan erat dengan akhirat dan alam yang tidak kasat mata.
Seorang muslim juga dituntut untuk mengambil hal-hal tersebut secara mendasar dari kitabullah, karena Alquran banyak mengandung keterangan yang dapat meyakinkan akal dan menerangi hati. Yaitu, keyakinan yang jauh dari taklid buta, dan dari percekcokan dialektis yang telah banyak beredar dalam ilmu kalam, yang telah mempu merusak rasio orang-orang khawas dan keyakinan orang-orang awam. Rahasia dari hal itu adalah karena terpengaruhnya ulama-ulama ilmu kalam dengan filsafat Yunani. Maka, para muhaqqiqin dan para ulama pembaru muslim mengimbau kewajiban untuk mengedepankan metodologi Alquran daripada metodologi para filsuf Yunani.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Selanjutnya, seorang muslim diwajibkan untuk mempelajari hukum-hukum dan syariat Islam yang ia butuhkan, seperti ilmu thaharah, ilmu salat yang lima waktu, dan ilmu salat Jumat yang diwajibkan atas kaum laki-laki. Maksudnya adalah mengetahui dasar-dasarnya, bukan perkara-perkara yang aneh dan jarang terjadi. Juga bukan perkara-perkara yang detail yang dikhususkan bagi para ulama yang spesialis dalam bidang ini. Demikian juga dengan ilmu puasa, ketika datang bulan Ramadan, atau ilmu zakat ketika ia memiliki nishab zakat. Maka seorang muslim harus atau wajib mempelajari macam-macam ilmu zakat yang dibutuhkan. Kalau ia seorang pedagang, ia wajib mempelajari zakat perniagaan. Ia tidak dituntut untuk mengetahui zakat hewan peliharaan atau zakat tanaman, karena ia memang tidak memilikinya.
Selain itu, seorang muslim juga harus mengetahui yang terpenting dari hukum halal-haram yang biasa dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari, seperti hukum halal-haram dalam makanan dan minuman, dalam berpakaian dan berdandan, ketika di rumah dan di tempat kerja, dan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Seorang muslim juga harus mengetahui hukum-hukum yang menjadi spesialisnya. Seorang wali harus mengetahui hukum-hukum wilayah. Seorang pedagang harus mengetahui hukum-hukum perdagangan. Seorang dokter harus mengetahui hukum-hukum kedokteran. Seorang suami harus mengetahui hak-hak seorang istri dan kewajiban-kewajiban soerang istri, demikian juga sebaliknya, dan seterusnya.
Seorang muslim juga harus mengetahui ilmu akhlak dan ilmu etika agama. Yaitu, ilmu yang dapat mengatur perilaku seorang muslim dengan aturan syariat agama. Dengan ilmu tersebut, seorang muslim nantinya tidak akan melenceng dari apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya, dan ia akan selalu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang mulia, serta melepaskan dirinya dari sifat-sifat yang tercela.
Demikian dakwah Jumat yang singkat ini semoga bermanfaat, amin.

KHUTBAH JUMAT ISTIQOMAH

Khutbah Jum'at : mencapai Hati yang istiqamah
Ma'asyiral muslimin rakhimahullah!
Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.
Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, "Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan."
Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.
Imam al-Qurtubi berkata, "Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan." Lebih lanjut beliau mengatakan, "Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa."
Ma'asyiral muslimin rakhimahullah!
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.
Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa yang lebih mencintai sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa dengan rasa cintanya itu. Siapa yang takut karena selain Allah, maka ia justru akan dikuasai oleh rasa takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan selain Allah, maka ia akan mengalami kebosonan dan siapa yang mendahulukan yang lain daripada Allah, maka ia tidak akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.
Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah." Ulama dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, "Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran Allah."
Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.
Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada ummatnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang lebih baik darinya." (HR Bukhari).
Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.
Allah SWT berfirman, "Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki akal, ...."
Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah. Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan ciptaannya diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah terhadap ciptaan-Nya itu. Allah SWT berfirman, "Wahai manusia, telah diberikan kepada kalian beberapa permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah) permisalan itu. Sesungguhnya orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka tidak akan mampu untuk menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul bersama?."
Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada hati yang istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya.
NB: Jika sobat suka artikel ini, silakan share ke sobat lain di FACEBOOK..Cukup dengan mengklik link ini.Terima Kasih